JAMBU
biji, buah ajaib yang akrab dalam kehidupan kita, punya multimanfaat
bagi kesehatan. Buah ini sangat kaya vitamin C dan beberapa jenis
mineral yang mampu menangkal berbagai jenis penyakit degeneratif, serta
menjaga kebugaran tubuh. Daun dan kulit batangnya mengandung zat
antibakteri, yang dapat menyembuhkan beberapa jenis penyakit.
Jambu
biji secara taksonomi tergolong ke dalam famili Myrtaceae, genus
Psidium, spesies guajava. Karena itu, dalam bahasa Latin disebut Psidium
guajava. Dalam bahasa Inggris jambu biji dikenal sebagai guava,
sedangkan di Indonesia disebut juga jambu batu, jambu klutuk, atau jambu
siki.
Tanaman
jambu biji termasuk tanaman perdu (tinggi dapat mencapai 10 meter) yang
cepat beradaptasi dengan lingkungan dan memiliki daya regenerasi yang
baik. Jambu biji dapat tumbuh di segala macam iklim dan lahan pada
ketinggian antara 5-1200 meter dari permukaan laut.
Menurut
sejarahnya, jambu biji berasal dari Amerika Tengah, tepatnya Brasil.
Dari sana menyebar ke Thailand kemudian ke negara Asia lainnya, termasuk
Indonesia. Di banyak negara, jambu biji merupakan tanaman terpenting
bagi penduduk aslinya. Saat ini jambu biji ditanam di seluruh dunia,
terutama di negara tropis.
Di
Indonesia, sentra produksi utama jambu biji adalah DKI Jakarta (Jakarta
Selatan), Jawa Barat (Cirebon dan Karawang), Jawa Tengah (Pekalongan,
Grobogan, Kudus, Jepara, Gombong, Purbalingga, Purworejo, Sukoharjo,
Semarang, Wonogiri, dan Cilacap), Daerah Istimewa Yogyakarta (Sleman,
Gunung Kidul, Kulon Progo), Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat,
Sumatera, dan Kalimantan.
Tanaman serbaguna
Pohon
jambu biji merupakan tanaman perdu bercabang banyak. Bagian dari tanaman
ini yang sering digunakan untuk berbagai keperluan manusia adalah kulit
batang, daun, dan buahnya.
Pemanfaatan
kulit batang dan daun dalam bidang kesehatan memiliki sejarah yang
cukup panjang dan masih terus berlangsung sampai saat ini. Daun jambu
seringkali digunakan untuk pengobatan diare, gastroenteritis, dan
keluhan-keluhan lain yang berhubungan dengan pencernaan.
Daun
jambu kaya akan senyawa flavonoid, khususnya quercetin. Senyawa inilah
yang memiliki aktivitas antibakteri dan yang berkontribusi terhadap efek
antidiare. Polifenol yang ditemukan pada daun diketahui memiliki
aktivitas sebagai antioksidan.
Seperti
halnya daun jambu, kulit batang tanaman ini juga memiliki aktivitas
antibakteri. Ekstrak dari kedua bagian tanaman ini secara in vitro
bersifat toksik terhadap beberapa bakteri penyebab diare, seperti
Staphylococcus, Salmonella, Shigella, Bacillus, Escherichia coli,
Clostridium, dan Pseudomonas.
Bagian
terpenting dari tanaman jambu biji adalah buahnya. Buah jambu dapat
dikonsumsi dalam bentuk segarnya atau diolah menjadi berbagai macam
produk seperti selai, jeli, pasta, dodol, dan jus.
Jenis jambu biji
Bentuk
buah jambu biji sangat bervariasi dari bulat hingga lonjong seperti
buah pir, serta beraroma wangi. Rasa buah manis, manis asam, atau asam.
Rasa dan aroma jambu biji yang sangat khas disebabkan oleh senyawa
eugenol. Kulit buah tipis berwarna hijau sampai hijau kekuningan.
Bijinya bervariasi dari sangat sedikit hingga sekitar 500 biji dalam
buah yang beratnya sekitar 150 gram. Panen buahnya dapat dilakukan
sepanjang tahun (tidak mengenal musim).
Buah
jambu biji besarnya cukup bervariasi, dari yang berdiameter 2,5 cm
sampai dengan lebih dari 10 cm. Jambu yang disukai oleh masyarakat
umumnya adalah yang berdaging lunak dan tebal, rasanya manis, berbiji
sedikit, dan buahnya berukuran besar.
Jenis
jambu biji di seluruh dunia ada sekitar 150. Di Indonesia yang banyak
ditanam adalah jenis jambu sukun, jambu susu putih, jambu apel, jambu
australia, jambu palembang, jambu kamboja, jambu pasar minggu, jambu
merah getas, jambu harum manis, jambu sari, dan jambu tukan.
Vitamin C terbaik
Jambu
biji dikatakan buah yang sangat istimewa karena memiliki kandungan zat
gizinya yang tinggi, seperti vitamin C, potasium, dan besi. Selain itu,
juga kaya zat nongizi, seperti serat pangan, komponen karotenoid, dan
polifenol. Buah jambu biji bebas dari asam lemak jenuh dan sodium,
rendah lemak dan energi, tetapi tinggi akan serat pangan.
Kandungan
vitamin C buah jambu biji sekitar 87 mg, dua kali lipat dari jeruk
manis (49 mg/100 g), lima kali lipat dari orange, serta delapan kali
lipat dari lemon (10,5 mg/100 g). Dibandingkan jambu air dan jambu bol,
kadar vitamin C pada jambu biji jauh lebih besar, yaitu 17 kali lipat
dari jambu air (5 mg/100 g) dan empat kali lipat dari jambu bol (22
mg/100 g).
Disamping
berfungsi sebagai antioksidan, vitamin C memiliki fungsi menjaga dan
memacu kesehatan pembuluh kapiler; mencegah anemia gizi, sariawan, gusi
yang bengkak dan berdarah (penyakit skorbut); serta mencegah tanggalnya
gigi. Vitamin C dosis tinggi dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh
dalam melawan berbagai infeksi. Dengan demikian, kita tidak mudah
menjadi sakit, seperti flu, batuk, demam, dan lain-lain.
Vitamin
C membantu penyerapan zat besi dan dapat menghambat produksi
nitrosamin, suatu zat pemicu kanker. Vitamin C juga berperan untuk
pembentukan kolagen yang sangat bermanfaat untuk penyembuhan luka.
Ketersediaan vitamin C yang cukup dalam darah dapat mendorong kerja
selenium dalam menghambat sel kanker, terutama kanker paru-paru,
prostat, payudara, usus besar, empedu, dan otak.
Pada
intinya, jambu biji dapat dijadikan sebagi sumber utama bagi kebutuhan
vitamin C tubuh. Konsumsi jambu biji seberat 90 gram setiap hari sudah
mampu memenuhi kebutuhan vitamin harian orang dewasa, sehingga mampu
menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh.
Kandungan
vitamin C pada jambu biji mencapai puncaknya menjelang matang. Sebagian
besar vitamin C jambu biji terkonsentrasi pada bagian kulit serta
daging bagian luarnya yang lunak dan tebal. Karena itu, jambu biji
sebaiknya dikonsumsi beserta kulitnya.
Sumber potasium dan serat
Jambu
biji juga mengandung potasium sekitar 14 mg/100 gram buah. Potasium
berfungsi meningkatkan keteraturan denyut jantung, mengaktifkan
kontraksi otot, mengatur pengiriman zat-zat gizi lainnya ke sel-sel
tubuh, mengendalikan keseimbangan cairan pada jaringan sel tubuh, serta
menurunkan tekanan darah tinggi (hipertensi).
Cara
kerja potasium di dalam tubuh adalah kebalikan dengan natrium (pemicu
hipertensi). Karena itu, di dalam menu harian sangat dianjurkan untuk
mengonsumsi natrium dan kalium dalam rasio 1:1. Proses pengolahan
makanan dengan menggunakan garam cenderung untuk menaikkan natrium jauh
melebihi kalium.
Jambu
biji juga merupakan sumber serat pangan (dietary fiber). Serat pangan
bermanfaat untuk mencegah berbagai penyakit degeneratif, seperti kanker
usus besar (kanker kolon), divertikulosis, aterosklerosis, gangguan
jantung, diabetes melitus, hipertensi, dan penyakit batu ginjal.
Konsumsi
serat pangan masyarakat Indonesia saat ini masih sangat rendah, yaitu
sekitar 10 gram/orang/hari. Padahal, konsumsi serat pangan yang
dianjurkan adalah 20-30 gram/orang/hari.
Jambu
biji mengandung serat pangan sekitar 5,6 gram per 100 gram daging buah.
Jenis serat yang cukup banyak terkandung di dalam jambu biji adalah
pektin, yang merupakan jenis serat yang bersifat larut di dalam air.
Serat yang bersifat larut di dalam air memiliki peran besar dalam
menurunkan kadar kolesterol, yaitu mengikat kolesterol dan asam empedu
dalam tubuh, serta membantu pengeluarannya melalui proses buang air
besar.
Dengan
demikian, serat yang bersifat larut di dalam air berguna untuk mencegah
aterosklerosis (penyumbatan pembuluh darah penyebab terjadinya penyakit
jantung koroner dan stroke). Serat sejenis itu juga berperan dalam
menurunkan kadar glukosa darah, sehingga sangat berperan dalam mencegah
penyakit diabetes melitus.
[kompas.com]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar